السلام عليكم و رحمة الله و بركاته

Senin, 09 April 2012

10 Fenomena Alam yang belum terpecahkan


Banyak sekali fenomena aneh yang ada di dunia ini, ketika dikatakan aneh bisa jadi fenomena tersebut penuh dengan misteri, fenomenanya tidak terjawab atau terpecahkan. Keanehan itu pun pernah diteliti oleh para ahli, tetapi jawabannya tidak ditemukan. Berikut ini saya rangkumkan bagi anda fenomena alam yang sampai saat ini masih menjadi misteri, butuh pendalaman penelitian dan terkadang butuh keberuntungan untuk dapat menjawabnya :

1. Fenomena Hujan Darah di Kerala, India


 Antara bulan Juli 25 dan September 23, 2001, dilaporkan bahwa telah turun hujan aneh dengan warna air yang tidak biasa yakni berwarna merah. Kejadian aneh dan mengerikan ini terjadi di bagian selatan negara bagian Kerala India. Orang terkejut dan takut karena seperti terjadi hujan darah yang tercurah deras dari langit. Hujan darah ini terjadi secara sporadic di seluruh wilayah dan ilmuwan bergegas ke tempat kejadian untuk menganalisis komposisinya.

Setelah air hujan itu diteliti, penemuan mengerjutkan di dapat. Bahwa, partikel mikroskopis hadir dalam air, sama dalam yang terdapat pada sel darah manusia. Itu sebabnya air hujan berubah warna menjadi mirip warna darah.

Namun penjelasan itu masih menjadi tanda Tanya besar, apalagi pada saat bersamaan muncul berbagai analisa tentang kejadian aneh itu. Makin bingung ketika muncul lagi teori yang dihubungkan dengan meteorit dan kalelawar. Teori ini menyebutkan, bahwa meteorit, yang telah melanda suasana tak lama sebelum musim hujan mulai, telah bertabrakan dengan sekawanan kelelawar dan menyemprot darah mereka ke atmosfir.

Mungkin teori yang paling ambisius adalah bahwa ilmuwan Godfrey Louis dan Santhosh Kumar dari Universitas Muhatma Gandhi, Karela. Mereka berspekulasi bahwa sel-sel mengkontaminasi berasal dari luar bumi dan bahwa mereka telah dibawa ke Bumi oleh meteorit, mengkonfirmasi teori panspermia. Louis dan Kumar mengatakan, bahwa sel memiliki "sifat yang tidak biasa".


 2. Manusia Terbakar Tiba-Tiba


 Fenomena ini sangat langka dan tidak masuk akal, teori ilmiah belum bisa memecahkan misteri kenapa orang tiba tiba bisa terbakar tanpa ada yang membakarnya. Apa penyebabnya, tidak diketahui sampai kini. Anehnya bagian yang terbakar hanya bagian atas saja sementara bagian kaki tidak. Itu sebabnya dalam banyak kasus aneh ini, korban yang tewas ditemukan masih memakai sandal.

3. Fenomena Lampu Aneh


 Gemeretak lemari arsip, pipa gas meledak dan penampilan bintang lima dari Charlton Heston dan Lorne Green bukan satu-satunya tanda-tanda bahwa rumah Anda telah terkena gempa bumi. Kesaksian kesaksian dari orang yang selamat dari gempa bumi telah sering terdengar melaporkan adanya kilatan cahaya aneh yang melesat ke atas bergulung-gulung di daerah sekitar episentrum gempa. Fenomena ini terakhir terjadi di kawasan Cina kuno juga di Lincolnshire, Inggris, di mana orang mengaku melihat lampu aneh dan bola bola cahaya yang terbang ringan.

Para ilmuwan telah berteori bahwa lampu ini merupakan hasil dari geo-pendaran, sebuah fenomena di mana sebenarnya batuan menghasilkan cahaya ketika dihadapkan pada tekanan ekstrem, dan bahwa meringankan adalah hasil dari gesekan geologi.

 4. Ball Lightning Ball Lightning


 Fenomena listrik aneh berbentuk lingkaran ini biasanya terjadi selama badai dan berlangsung hingga tiga puluh detik. Aneh dan mengerikan. Kadang menyambar, mendesis desis merambat di dinding bangunan, mengeluarkan suara-suara mengerikan. Pada masa lalu, orang kerap menghubungkan fenomena ini dengan kehadiran makhluk asing atau hantu. Banya orang telah membuat laporan tentang adanya fenomena kilat berbentuk bola ini, termasuk Benjamin Franklin, namun sejauh ini tidak ada penjelasan yang memadai tentang fenomena itu.

Namun dengan kemajuan teknologi, adanya teknologi photo juga video, membuat para ilmuwan menaruh perhatian serius tentang fenomena kilat berbentuk bulat ini. Mereka pun mencoba mencari penjelasan tentang fenomena ini.

5. Saint Elmo's Fire


 Saint Elmo's Fire digambarkan oleh para ilmuwan sebagai fenomena plasma. St Elmo adalah kebakaran disebabkan oleh ionisasi di atmosfer. Nama petir itu Saint Elmo -yakni santo pelindung para pelaut-karena pada awalnya fenomena itu muncul di atas geladak kapal, khususnya pada saat badai. Warnanya, biru, hijau.


                 6. Fenomena Makhluk Penghisap Darah Ternak

                                                 
 Kisah ini muncul karena adanya ratusan ternak ditemukan tewas dalam keadaan terpotong-potong (mutilasi) di kawasan Amerika Selatan. Lalu muncul dugaan yang masih bersifat rumors bahwa penyebabnya adalah makhluk asing yang disebut chupacabras. Dalam decade terakhir, kasus ini mucul lagi, di antaranya di Brasil di mana ratusan ternak ditemukan tercabik-cabik. Yang unik dan menyeramkan, pada ternak yang sudah termutilasi itu hanya ditemukan sedikit darah. Sepertinya sebagian besar darah ternak ini telah dihisap oleh mahkluk aneh itu. Mirip seperti Dracula. Tanda tanda lainnya, adalah rahang, lidah dan anus yang hilang. Tanda tanda ini sama dengan kasus mutilasi ternak di Amerika.

Mitos makhluk penghisap darah ini muncul pertama kali di Puerto Rico tahun 1970-an. Ketika itu dilaporkan banyak kambing dan domba mati dengan darah yang habis terhisap. Memang pada awal kemunculan kasus ini, sasaran makhluk itu adalah kambing dan domba. Namun pada dua decade berikutnya, muncul kasus baru di Meksiko, di mana yang diserang bukan hanya kambing dan domba, tapi juga ternak lainnya.

Ada sejumlah teori yang menjelaskan kemunculan makhluk mengerikan ini di Amerika Selatan. Penjelasan yang paling logis adalah bahwa mereka adalah spesies asli Amazon dan bahwa deforestasi telah memaksa mereka untuk meninggalkan hutan hujan untuk pertama kalinya dalam mencari makan. Namun muncul juga cerita cerita lain yang berkembang dan juga dipercayai sebagian orang, yakni mahluk itu berasal dari luar bumi karena faktanya hampir kerap bahwa serangan pada kambing muncul bertepatan dengan diberitakannya penampakan UFO.

Macam-macam penjelasan tentang mahkluk penghisap darah itu yang sampai sekarang masih menjadi sumber perdebatan. Banyak yang mengatakan bahwa binatang pemangsa itu boleh jadi juga yang memutilasi mutilasi ternak atau ada juga yang menduga itu merupakan hasil eksperimen tersembunyi pemerintah. Sampai kini masalah mahluk pemangsa ini masih menjadi tanda Tanya dan misteri.


 7. Penculikan Oleh Alien


 Penampakan UFO begitu bervariasi, dengan deskripsi yang kebanyakan menentang logika manusia. Kisah menakjubkan, individu asing melakukan penculikan. Tampaknya di sini menunjukkan bahwa imajinatif aktif lebih banyak bekerja di sini. Cerita-cerita bahwa penculikan terhadap pria-wanita untuk perkembangbiakan makhluk asing, atau begitu banyak orang yang mengklaim telah diculik oleh mahluk asing dan dijanin telah tertanam janin asing.

Teori mapan yang bisa menjelaskan hal itu adalah adanya medan elektromagnetik yang kuat, mungkin terjadi secara alami, dapat menyebabkan seseorang merasa terserang secara bersamaan di dekatnya ada peralatan listrik yang terganggu oleh medan magnetic sehingga peralatan listrik (seperti mobil radio) tidak berfungsi. Orang kemudian melihat kilatan cahaya sebelum pingsan. Terbangun dari pengalaman seperti itu, kata "alien", pasti akan menjadi yang pertama di bibir Anda.

ideo ini didasarkan pada kisah nyata tentang penculikan alien yang terjadi di Nome, Alaska, di mana jumlah penduduknya sangat sedikit. Ketika itu dilaporkan, penduduknya satu demi satu hilang setiap tahunnya. Kamu harus lihat video ini!


8. The Taos Hum, Misteri Dengungan Aneh


 Penduduk di kota Taos, New Mexico, telah lama bingung dengan fenomena aneh yang terjadi di daerahnya yakni, munculnya suara dengungan yang seolah datang dari jauh, mirip suara mesin diesel yang menyala. Namun sumber suara itu sampai kini tidak ditemukan.

Anehnya suara ini tidak semua bisa mendengar, hanya pernah didengar oleh sekitar setengah dari penduduk. Mereka yang pernah mendengar pernah mengunjungi para ilmuwan untuk meminta penjelasan tentang fenomena ini. Penelitian yang dilakukan telah gagal. Bahkan pendeteksian suara dengan menggunakan peralatan audio canggih pun tidak berhasil. Kasus di Taos ini hampir serupa dengan di Hawaii. Tentang Hum di Hawaii, orang berspekulasi itu menunjukkan aktivitas gunung api di daerah itu.



9. Foo Fighters yang Misterius


 Sebelum fenomena piring terbang menggila pada tahun 1950-an, fenomena aneh lain yang menjadi subyek perdebatan besar bagi pilot angkatan udara AS pada Perang Dunia II adalah adanya bola cahaya aneh yang terbang di atas wilayah udara Jerman dan Samudera Pasifik dengan kecepatan tinggi, yang menyebabkan frustrasi bagi kedua Sekutu dan pilot Axis. Keduanya yakin bahwa "bola api" itu adalah jenis percobaan pesawat terbang musuh (foo fighter).

Angkatan udara Amerika Serikat menjadi semakin khawatir melihat betapa mudah pejuang foo bisa mengatasi manuver pesawat mereka sendiri. Meskipun tidak pernah terlibat dalam pertempuran dengan pesawat tempur foo, dipandang sebagai gangguan bagi cara mereka akan 'menari' di sekitar dan terbang dalam formasi rapat dengan pesawat AS.

Banyak pilot merasa bahwa foo figaahter menggoda mereka dengan cara tertentu. Nama pesawat tempur foo berasal dari keyakinan bahwa Jepang bertanggung jawab untuk kecepatan tinggi ini mengejek, meskipun penampakan berlanjut setelah konflik berakhir. Cylindrical and disc shaped craft were also reported in the skies over Europe. Cakram berbentuk silindris juga dilaporkan di langit di atas Eropa.

10. Perjalanan Menembus Waktu


 Artefak kuno berasal dari 10,000 BC telah ditemukan yang menunjukkan gambar laki-laki asing yang mengenakan seperti pakaian ruang angkasa. Makhluk itu aneh dalam artefak itu mengenakan pakaian transparan dengan peralatan sejenis helm di kepalanya. Apakah itu senjata atau sejenis alat.

Siapa pun orang-orang yang tergambar dalam artefak ini, sedang atau akan, mereka tampaknya telah tergambar sejak zaman kuno oleh manusia manusia yang hidup pada masa itu. Muncul juga lukisan lukisan gua, Hieroglip Mesir. Yang lebih mencengangkan adanya artefak kuno dari Mesir yang mengambarkan piring terbang, pesawat dan helicopter. Ini membuat para arkeolog bingung. Apakah ini nubuat, bahwa suatu ketika nanti kita akan berhubungan dengan makhluk asing luar bumi (non manusia) atau suatu hari nanti kita akan mengembangkan kemampuan kita sehingga dapat melakukan perjalanan menembus waktu?
Baca Selengkapnya →10 Fenomena Alam yang belum terpecahkan

Syaikh 'Abdul QodirAl Jaelani


Syeikh Abdul Qodir Jaelani (bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani) lahir di Jailan atau Kailan tahun 470 H/1077 M, sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliydan.
(Biografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Beliau wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir di daerah Babul Azajwafat di Baghdad pada 561 H/1166 M.
Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali.
Masa muda
Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’. Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat setelah mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau, sehingga sekolah itu tidak muat menampungnya.
Murid-murid
Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab fiqh terkenal Al Mughni.
Perkataan ulama tentang beliau : Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, ” kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”
Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. (Siyar A’lamin NubalaXX/442). Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya. Diantaranya dapat diketahui dari perkataan Imam Ibnu Rajab, ”
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri (Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar (kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk berpegang dengannya, sehingga aku tidak meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah masyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas. (Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi (Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitab Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”(Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.). Imam Ibnu Rajab juga berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pemahaman yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah.”
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, ” Dia (Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata ” Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsy.” (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515). Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, ” Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali (kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, ” Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”( At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516).
Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.
Sam’ani berkata, ” Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.” Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”
Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan beliau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, ”Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan (ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ). Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi“.
Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil,hal.136, ” Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah. (Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94) Maka aku mengetahui bahwa dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah,Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.” (At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.)
Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.
Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka itu adalah suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah shollallahu’alaihi wasalam, maka hal ini merupakan kekeliruan yang fatal. Karena Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun. Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah ( perantara ) dalam do’a mereka, berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meninggal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak dhberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah. “Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya disamping (menyembah ) Allah. ( QS. Al-Jin : 18 )”
Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah. Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Baghdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpin anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Baghdad pada tahun 656 H/1258 M.
Syeikh Abdul Qadir Jaelani juga dikenal sebagai pendiri sekaligus penyebar salah satu tarekat terbesar didunia bernama Tarekat Qodiriyah. Awal Kemasyhuran Al-Jaba’I berkata bahwa Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani juga berkata kepadanya, “tidur dan bangunku sudah diatur. Pada suatu saat, dalam dadaku timbul keinginan yang kuat untuk berbicara. Begitu kuatnya sampai aku merasa tercekik jika tidak berbicara. Dan ketika berbicara, aku tidak dapat menghentikannya. Pada saat itu ada dua atau tiga orang yang mendengarkan perkataanku. Kemudian mereka mengabarkan apa yang aku ucapkan kepada orang-orang, dan merekapun berduyun-duyun mendatangiku di masjid Bab Al-Halbah. Karena tidak memungkinkan lagi, aku dipindahkan ke tengah kota dan dikelilingi dengan lampu. Orang-orang tetap datang di malam hari dan memakai lilin dan obor dan memenuhi tempat tersebut. Kemudian aku dibawa keluar kota dan ditempatkan di sebuah mushalla. Namun orang-orang tetap datang kepadaku, dengan mengendarai kuda, unta bahkan keledai dan menempati tempat disekelilingku. Saat itu hadir sekitar 70 orang para wali RadhiAllahu anhum.
Kemudian Syaikh Abdul Qadir melanjutkan, “Aku melihat Rasululloh SAW sebelum dzuhur, beliau berkata kepadaku, ’anakku, mengapa engkau tidak berbicara ?’. ’Ayahku, bagaimana aku yang non arab ini berbicara di depan orang-orang fasih dari Baghdad?’. Beliau berkata, ’buka mulutmu’, lalu beliau meniup 7 kali ke dalam mulutku kemudian berkata, ”bicaralah dan ajak mereka ke jalan Allah dengan hikmah dan peringatan yang baik”. Setelah itu aku shalat dzuhur dan duduk dan mendapati jumlah yang sangat luar biasa banyaknya sehingga membuatku gemetar. Kemudian aku melihat Ali r.a. datang dan berkata, ’buka mulutmu’. Beliau lalau meniup 6 kali kedalam mulutku dan ketika aku bertanya kepadanya mengapa beliau tidak meniup 7 kali seperti yang dilakukan Rasululloh SAW, beliau menjawab bahwa beliau melakukan itu karena rasa hormat beliau kepada RasuluLloh SAW. Kemudian akku berkata, ’Pikiran, sang penyelam, mencari mutiara ma’rifah dengan menyelami laut hati, mencampakkannya ke pantai dada , dilelang oleh lidah sang calo, kemudian dibeli dengan permata ketaatan dalam rumah yang diizinkan Allah untuk diangkat’”. Beliau kemudian menyitir :
Idan untuk wanita seperti Laila seorang pria dapat membunuh dirinya, dan menjadikan maut dan siksaan sebagai sesuatu yang manis
Dalam beberapa manuskrip saya mendapatkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani berkata, ”Sebuah suara berkata kepadaku saat aku berada di pengasingan diri, ‘kembali ke Baghdad dan ceramahilah orang-orang’. Akupun masuk Baghdad dan menemukan para penduduknya dalam kondisi yang tidak aku sukai dan karena itulah aku tidak jadi mengikuti mereka’. ‘sesungguhnya’ kata suara tersebut ,’mereka akan mendapatkan manfaat dari keberadaan dirimu’.
‘Apa hubungan mereka dengan keselamatan agamaku / keyakinanku’ tanyaku.
‘Kembali (ke Baghdad) dan engkau akan mendapatkan keselamatan agamamu’ jawab suara itu.
Akupun menbuat 70 perjanjian dengan Allah. Diantaranya adalah tidak ada seorangpun yang menentangku dan tidak ada seorang muridku yang meninggal kecuali dalam keadaan bertaubat. Setelah itu, aku kembali ke Baghdad dan mulai berceramah. Suatu ketika saat aku berceramah , aku melihat sebuah cahaya terang benderang mendatangi aku. ‘Apa ini dan ada apa?’tanyaku. ‘Rasululloh SAW akan datang menemuimu untuk memberikan selamat’ jawab sebuah suara. Sinar tersebut makin membesar dan aku mulai masuk dalam kondisi spiritual yang membuatku setengah sadar. Lalu aku melihat RasuLulloh SAW di depan mimbar, mengambang di udara dan memanggilku, ’wahai Abdul Qadir’. Begitu gembiranya aku dengan kedatangan RasuluLloh SAW , aku melangkah naik ke udara menghampirinya. Beliau meniup ke dalam mulutku 7 kali. Kemudian Ali datang dan meniup ke dalam mulutku 3 kali. ’mengapa engkau tidak melakukan seperti yang dilakukan RasuluLloh SAW?’ tanyaku kepadanya. ‘sebagai rasa hormatku kepada Rasulullah SAW‘ jawab beliau.
RasuluLlah SAW kemudian memakaikan jubah kehormatan kepadaku. ‘apa ini ?’ tanyaku. ‘ini’ jawab Rasulullah, ’adalah jubah kewalianmu dan dikhususkan kepada orang-orang yang mendapat derajad Qutb dalam jenjang kewalian’. Setelah itu , akupun tercerahkan dan mulai berceramah.
Saat Khidir as. Datang hendak mengujiku dengan ujian yang diberikan kepada para wali sebelumku, Allah membukakan rahasianya dan apa yang akan di katakannya kepadaku. Aku berkata kepadanya, ”Wahai Khidir, apabila engkau berkata kepadaku ’Engkau tidak akan sabar kepadaku’, maka aku akan berkata kepadamu ‘Engkau tidak akan sabar kepadaku’. Wahai Khidir, Engkau termasuk golongan Israel sedangkan aku termasuk golongan Muhammad, maka inilah aku dan engkau. Aku dan engkau seperti sebuah bola dan lapangan, yang ini Muhammad dan yang ini Ar-Rahman, ini kuda berpelana, busur terentang dan pedang terhunus.” Al-Khattab pelayan Syaikh Abdul QAdir meriwayatkan bahwa suatu hari ketika beliau sedang berceramah tiba-tiba beliau berjalan naik ke udara dan berkata, “Hai orang Israel, dengarkan apa yang dikatakan oleh kaum Muhammad” lalu kembali ke tempatnya. Saat ditanya mengenai hal tersebut beliau menjawab, ”Tadi Abu Abbas Al-Khidir as lewat, maka akupun berbicara kepadanya seperti yang kalian dengar tadi dan ia berhenti”.
Guru dan teladan kita Syaikh Abdul Qadir Al-Jilli berkata,” seorang Syaikh tidak dapat dikatakan mencapai puncak spiritual kecuali apabila 12 karakter berikut ini telah mendarah daging dalam dirinya yaitu :
Dua karakter dari Allah yaitu dia menjadi seorang yang Sattar (menutup aib) dan Ghaffar (Maha pemaaf).
Dua karakter dari RasuluLlah SAW yaitu penyayang dan lembut
Dua karakter dari Abu Bakar yaitu jujur dan dapat dipercaya.
Dua karakter dari Umar yaitu amar ma’ruf nahi munkar
Dua karakter dari Utsman yaitu dermawan dan bangun (tahajjud) pada waktu orang lain sedang tidur.
Dua karakter dari Ali yaitu aalim (cerdas/intelek) dan pemberani.
Masih berkenaan dengan pembicaraan di atas dalam bait syair yang dinisbatkan kepada beliau dikatakan :
Bila lima perkara tidak terdapat dalam diri seorang syaikh maka ia adalah Dajjal yang mengajak kepada kesesatan. Dia harus sangat mengetahui hukum-hukum syariat dzahir, mencari ilmu hakikah dari sumbernya, hormat dan ramah kepada tamu, lemah lembut kepada si miskin, mengawasi para muridnya sedang ia selalu merasa diawasi oleh Allah
Syaikh Abdul Qadir juga menyatakan bahwa Syaikh Al-Junaid mengajarkan standar Al-Qur’an dan Sunnah kepada kita untuk menilai seorang Syaikh. Apabila ia tidak hapal Al-Qur’an, tidak menulis dan menghapal Hadits, maka dia tidak pantas untuk diikuti.
Menurut saya (penulis buku) yang harus dimiliki seorang Syaikh ketika mendidik seseorang adalah dia menerima si murid untuk Allah, bukan untuk dirinya atau alasan lainnya. selalu menasihati muridnya, mengawasi muridnya dengan pandangan kasih. Lemah lembut kepada muridnya saat sang murid tidak mampu menyelesaikan Riyadhah. Dia juga harus mendidik si murid bagaikan anak sendiri dan orang tua penuh dengan kasih dan kelemah lembutan dalam mendidik anakknya. Oleh karena itu dia selalu memberikan yang paling mudah kepada si murid dan tidak membebaninya dengan sesuatu yang tidak mampu dilakukannya. Dan setelah sang muuriid bersumpah untuk bertobat dan selalu taat kepada Allah baru sang syaikh memberikan yang lebih berat kepadanya. Sesungguhnya bai’at bersumber dari hadits RasuluLlah SAW ketika beliau mengambil bai’at para sahabatnya.
Kemudian dia harus mentalqin si murid dengan zikir lengkap dengan silsilahnya. Sesungguhnya Ali ra. Bertanya kepada RasuluLloh SAW, ‘Yaa Rasulullah, jalan manakah yang terdekat untuk sampai kepada Allah, paling mudah bagi hambanya dan paling afdhal di sisi Nya. RasuluLlah berkata,’Ali, hendaknya jangan putus berzikir (mengingat) kepada Allah dalam khalwat (kontemplasinya)’. Kemudian Ali ra. Kembali berkata , ‘Hanya demikiankah fadhilah zikir, sedangkan semua orang berzikir’. RasuluLlah berkata,’Tidak hanya itu wahai Ali, kiamat tidak akan terjadi di muka bumi ini selama masih ada orang yang mengucapkan “Allah” “Allah”. ‘Bagaimana aku berzikir?’. Tanya Ali. RasuluLlah bersabda, ’dengarkan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengucapkannya sebanyak tiga kali dan aku akan mendengarkan engkau mengulanginya sebanyak tiga kali pula’. Lalu RasuluLlah berkata, “Laa ilaaha illallah” sebanyak tiga kali dengan mata terpejam dan suara kjeras. Ucapan tersebut di ulang oleh Ali dengan cara yang sama RasuluLlah lakukan. Inilah asal talqin kalimat Laa ilaaha Illallah. Semoga Allah memberikan taufiknya kepada kita dengan kalimat tersebut”.
Syaikh Abdul Qadir berkata, ”Kalimat tauhid akan sulit hadir pasda seorang individu yang belum di talqin dengan zikir bersilsilah kepada RasulluLlah oleh Mursyidnya saat menghadapi sakaratil maut”.
Karena itulah Syaikh Abdul Qadir selalu mengulang-ulang syair yang berbunyi : Wahai yang enak diulang dan diucapkan (kalimat tauhid) jangan engkau lupakan aku saat perpisahan (maut).

Baca Selengkapnya →Syaikh 'Abdul QodirAl Jaelani

Kyai Musta'in Romly


Hidup kira-kira 1920-1984. Setelah ayahnya wafat, Kiai Musta’in memangku Pesantren Darul Ulum Peterongan, Rejoso (Jombang) dan Syaikh tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, yang memiliki puluhan ribu pengikut di Jawa Timur. Kiai Romly bin Tamim, meninggal dunia pada 1958, dia menggantikan kedudukan ayahnya baik sebagai kiai maupun syaikh tarekat. Baik Kiai Romly maupun Kiai Musta’in sama-sama tidak punya jabatan formal di NU, kecuali pada tingkat lokal.

KH Musta’in Romly lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931. Sejak kecil ia mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya. Dan baru tahun tahun 1949 M melanjutkan studi di Semarang dan Solo di Akademi Dakwah Al Mubalighoh, diperguruan ini bakat kepemimpinannya menonjol sehingga pada waktu singkat mengajak sahabat-sahabatnya yang berasal dari daerah Jombang mendirikan Persatuan Mahasiswa Jombang. Studi di Lembaga ini diakhiri pada tahun 1954 M.

Pada tahun 1954 M beliau aktif di Nahdhatul Ulama Jombang tempat asalnya dan kemudian menjadi pengurus IPNU Pusat tahun 1954 sampai 1956. Upaya menerpa diri untuk lebih matang sebagai pimpinan Pondok Pesantren, KH Musta’in Romly banyak beranjang sana ke berbagai pondok pesantren dan lemnaga pendidikan pada umumnya. Mulai tingkat nasional sampai internasional. Dalam kaitan inilah pada tahun 1963 M beliau Muhibbah ke Negara-negara Eropa dan Timur Tengah, yang huga berziarah ke makam Syeh Abdul Qodir Al Jailani tokoh pemprakarsa Thoriqoh Qodiriyah, di Irak.

Hal ini penting mengingat beliau adalah Al Mursyid Thariqah Qodiriyah Wannaqsabandiyah mewarisi keguruan KH Romly Tamim dam KH Cholil Rejoso. Oleh-oleh dari kunjungan muhibbah ini antara lain yaitu mendorong berdirinya Universitas Darul Ulum pada tanggal 18 September 1965. Universitas Darul Ulum sendiri diprakasai Dr KH Musta’in Romly, KH Bhisry Cholil, K. Ahmad Baidhowi Cholil, Mohammad Wiyono (mantan Gubernur Jatim), KH Muh. As’ad Umar dan Muhammad Syahrul, SH. Untuk melengkapi keabsahan KH Musta’in Romly sebagai Rektor, pada tahub 1977 beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Macau University. Pada tahun 1981 lawatan ke Timur Tengah dilakukan kembali dengan hasil kerjasama antara Universitas Darul Ulum dan Iraq University dalam bentuk tukar-menukar tenaga edukatif, dan dengan Kuwait University dalam bentuk beasiswa studi ke Kuwait.

Pada tahun 1984 KH Musta’in berkunjung ke Casablanka, Maroko, tepatnya pada bulan Januari 1984, yaitu mengikuti Kunjungan Kenegaraan bersama Wakil Presiden RI Bapak Umar Wirahadi Kusuma dan Menteri Luar Negeri RI Bapak Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja dalam acara Konverensi Tingkat Tinggi Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kunjungan ini dilanjutkan ke Perancis dan Jerman Barat. Selanjutnya pada bulan Juli dengan tahun yang sama, KH Musta’in mengikuti Konferensi antar Rektor se- dunia di Bangkok.

Semua kunjungan dijalani KH Musta’in dengan tekun demi kelembagaan Pendidikan yang dialamatkan beliau, yaitu Lembaga Pondok Pesantren Darul Ulum, Lembaga Thariqah Qoddiriyyah Wannaqsabandiyah dan Universitas Darul Ulum. Sampai wafat pada tanggal 21 Januari 1985, beliau meninggalkan putra-putri M. Rokhmad (almarhun), H. Luqman Haqim dari Ibu Chafsoh Ma’som, Hj Choirun Nisa’ dari Ibu dzurriyatul Lum’ah, H. Abdul Mujib, Ahmada faidah, Chalimatussa’diyah dari Ibu Nyi Hj Djumiyatin Musta’in serta Siti sarah dan Dewi Sanawai dari Ibu Ny. Hj. Latifa.

Pada 1970, Kiai Musta'in Romly adalah arguably yang paling karismatik dan berpengaruh kiai tarekat Jawa Timur dan Madura, pusat jaringan badal delapan puluh dan berikut estimasi lima puluh ribu. Dia kehilangan banyak posisi itu lagi sebagai hasil dari pilihan politik impopular ia membuat, membuat persekutuan diri dengan Golkar pada saat hampir semua Kiai lain dianggap dukungan dari Nahdlatul Ulama (dalam pemilu tahun 1971) dan kemudian Partai Persatuan Pembangunan (PPP , pada tahun 1977 dan 1982) sebuah kewajiban agama. Sebuah aliansi dari ulama lainnya, tampaknya diatur oleh para ulama dari pesantren di Tebuireng, juga di Jombang, gelisah terhadap Kiai Musta'in dan berhasil menarik sebagian besar pengikutnya darinya dan masuk ke orbit lain guru tarekat. Ruang lingkup makalah ini tidak memungkinkan saya untuk membicarakan kontroversi ini secara rinci; Aku hanya akan menarik perhatian di sini untuk latar belakang data yang relevan.

Distrik Jombang ini, dalam banyak hal, pusat dari Jawa (dan Madura) Islam tradisional. Ini memiliki empat dari pesantren terkenal dan paling bergengsi, di Tebuireng, Tambakberas, Denanyar dan Rejoso, masing-masing. Tiga pertama Rois dari Nahdlatul Ulama, yang memimpin organisasi dari berdirinya di tahun 1926 sampai tahun 1980, yang berafiliasi dengan tiga pertama pesantren ini (dalam urutan itu). Rejoso tidak pernah diberikan posisi terdepan dalam NU Kiai Musta'in's pilihan untuk Golkar mungkin telah terinspirasi tidak hanya oleh dermawan penghargaan ia ditawari (pemberian tanah dan dukungan dalam mendirikan universitas sendiri di dalamnya) tetapi juga oleh perasaan didiskriminasi oleh rekan-rekannya.

Alasan mengapa kiai Rejoso pernah menjadi bagian dari lingkaran dalam NU tidak segera jelas. Mereka Madura sedangkan yang lain adalah Jawa, dan mereka kiai tarekat sementara yang lain tidak mengikuti, atau bahkan keberatan, tarekat. Kedua faktor saja, bagaimanapun, tidak bisa sangat menentukan. Etnisitas tidak memainkan peran penting dalam dunia pesantren Jawa Timur. Semua empat pesantren menarik mahasiswa Madura serta Jawa; Tebuireng, sebenarnya, jauh lebih populer di antara orang Madura daripada Rejoso. Melalui jaringan tarekat, bagaimanapun, Kiai Romly dan kemudian Kiai Musta'in mencapai yang lebih besar berikut jauh dari salah satu kiai lainnya, dan mereka pada waktu dituduh lebih suka kuantitas ketimbang kualitas dan mengabaikan pendidikan yang layak dari murid-murid mereka dalam kewajiban kanonik .

Namun yang mungkin, Kiai Musta'in's pembangkangan - pembelotannya dari NU untuk Golkar - telah dihukum Pesantren Cukir Tebuireng. Seorang kiai pesantren yang terkait dengan ini, Adlan Ali, yang sebelumnya berlatih tarekat tetapi tidak seorang khalifah, diajukan sebagai alternatif untuk Musta'in Romly. Dia mengambil pelatihan dari lain kiai tarekat di Jawa Tengah, Kiai Muslikh dari Mranggen, dan ditunjuk sebagai nantinya khalifah ke Jawa Timur. Dalam waktu beberapa tahun, puluhan badal, diteliti oleh politik aktivis NU itu, mengalihkan kesetiaan mereka dari Kiai Musta'in untuk Kiai Adlan Ali.


Konflik menyebabkan pdrpecahan di dalam organisasi payung 'ortodoks' tarekat, yang Jam `iyah Ahl al-Thariqah al-Mu` tabarah. asosiasi ini telah didirikan pada tahun 1957 dan memasukkan tarekat besar Timur dan Jawa Tengah. Sebuah dokumen yang kemudian daftar tidak kurang dari 44 tarekat yang dianggap ortodoks (mu `tabar, harfiah 'dihormati'), tetapi mayoritas anggota baik milik Naqsyabandiyah atau Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Organisasi ini tampaknya tetap aktif sampai tahun 1975, ketika mengadakan kongres di Madiun yang dihadiri oleh hampir semua kiai tarekat penting. Posisi Kiai Musta'in masih begitu kuat sehingga ia terpilih sebagai presiden Jam `iyah. Empat tahun kemudian, di pinggir kongres NU 26, yang-Musta'in aliansi anti tarekat sendiri diadakan kongres, yang dihadiri oleh banyak kiai sama dengan 1975. Papan baru, tidak termasuk Musta'in dan orang-orang setia kepadanya, terpilih dan untuk menekankan kesetiaan kepada Nahdlatul Ulama, ditambah 'al-Nahdliyah' ke nama asosiasi. Sejak saat itu ada dua organisasi payung tarekat, dengan nama hampir identik. Musta'in dan, setelah kematiannya, penerusnya pura-pura bahwa mereka masih dalam satu organisasi yang sah, tetapi Jam `iyah Ahl al-Thariqah al-Mu` al-Nahdliyah tabarah jelas lebih besar dan lebih signifikan satu. Organisasi terakhir tetap sangat didominasi oleh Tebuireng.

di Madura pengikut Kiai Musta'in menemukan diri mereka dalam dilema setelah desersi ke Golkar (di mata orang Madura bahkan mungkin suatu dosa lebih buruk daripada bagi orang Jawa). Beberapa badal-nya memilih untuk melampirkan diri untuk Kiai Usman di Surabaya, yang tidak terlibat dalam urusan sama sekali, beberapa orang lain bergabung dengan pengikut Kiai Adlan Ali. Banyak tampaknya kehilangan minat mereka dalam tarekat ini sama sekali. Pada tahun 1984 kedua Musta'in dan Usman meninggal, dan pengganti mereka (yang adik Musta'in adalah Kiai Rifa'i dan putra Kiai Usman adalah Gus Asrori) melihat penurunan mengikuti mereka lebih jauh.

Adapun jabatan yang pernah diamanahkan kepada Dr. KH Musta’in Romly adalah:

1. Aggota DPR – MPR RI tahun 1983 sampai wafat.
2. Wakil ketua DPP MDI tahun 1984 sampai wafat.
3. Rektor Universitas Darul Ulum tahun 1965 sampai wafat.
4. Al Mursyid Toriqoh Qodiriyah Wannaqwsabandiyah tahun 1958.
5. Ketua Umum Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum tahun
1958 sampaiwafat.
6. Anggota BKS Perguruan Tinggi Swasta tahun 1983 sampai wafat.
7. Anggota IAUP ( International Association of University President ) 1981 di
Chicago.
8. Ketua Umum Jam’iyah Thoriqot Mu’tabaroh Indonesia pada tahun 1975 sampai wafat.
Baca Selengkapnya →Kyai Musta'in Romly

Syekh Utsman Al-Ishaqi


Menurut nasab yang sudah tersusun rapi di dalam keluarga, Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman adalah seorang sayyid dan seorang habib, sebab itu yang mengandung beliau adalah keturunan Maulana Muhammad Ainul Yaqin Al-mulaqqob bi Sunan Giri bin Maulana Ishaq Al-Husaini dan ayah beliau adalah keturunan Sunan Gunung Jati juga Al-husaini. dengan demikian hadrotus-syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqi anak cucu Rosululloh saw.
Hadrotus-Syaikh dilahirkan di Jatipurwo Surabaya pada hari Rabu bulan Jumadil Akhiroh tahun 1334 H. setelah beliau bertapa selama 16 bulan di dalam rahim ibu beliau dan selama di dalam rahim ibu beliau sering bersin, di dalam bahasa Arab di sebut Al-Atthos, dan sejak kecil keistimewaan dan kekeramatan beliau sudah nampak setelah Hadrotus-Syaikh sudah bisa berjalan. Beliau selalu tidak ada dirumah setelah Maghrib, dan baru pulang setelah jam 11 malam badan beliau penuh dengan lumpur. Ternyata setelah diselidiki, beliau berada di sungai didekap oleh seekor Buaya Putih.
Setiap malam Hadrotus-Syaikh selalu tidur di surau (langgar) bersama nenek beliau Kyai Abdulloh, selain nenek beliau tidak ada seorangpun yang berani mendapingi sewaktu beliau tidur, karena dari mata beliau memancarkan sinar terang seakan-akan mau menembus Iangit bagaikan lampu sorot (battery).
Ketika beliau berumur 6 sampai 7 tahun, pada suatu malam nampak bulan-bulan yang banyak turun dari langit seraya memancarkan sinarnya menuju Hadrotus-Syaikh dan mengitari beliau dari segala arah.
Sejak beliau berumur 4 tahun setiap pagi pada Jam 3.00. Istiwa' beliau keluar rumah menuju Masjid Jami' Ampel Surabaya diantar oleh kakak perempuan beliau Nyai Khodijah untuk membaca tarhim (memanggil-manggil sholat fajar) sampai datang waktu Shubuh di menara Masjid.
Setiap kali beliau sampai dipintu gerbang Ampel beliau selalu disambut anak-anak kecil yang banyak se¬kali memakai kopyah putih semua, setelah beliau sampai di masjid an`k-anak kecil tersebut hilang entah kemana. Dan baru muncul kembali sewaktu beliau hendak pulang dari masjid pada jam 7.00 pagi untuk mengantarkan beliau ke pintu gerbang. Dan setelah itu mereka menghilang kembali, demikian cerita Nyai Khodijah dan Kyai Anwar.
Ketika beliau umur 7 tahun, beliau sudah mengkhatamkan Al-Qur'an 3 kali dibawah asuhan nenek beliau Kyai Abdullah. Kemudian beliau di khitan (sunat). Barulah beliau berpindah mengaiji ke Kyai Adro'i Nyamplungan, sejak itu sepulangnya beliau dari Ampel, beliau terus menuju ke Nyamplungan untuk mengaji Al-Qur'an, setelah itu beliau menuju ke madrosah Tashwirul Afkar di Gubbah untuk mengaji agama, dan baru pulang setelah jam 10.0 pagi. Seharinya beliau hanya mendapatkan sangu 5 Sen yang berlobang tengah yang beliau tempelkan di kancing baju.
Pernah selama 4 talaun Hadrotus-Syaikh tidak makan kecuali daun-daunan dan buah-buahan dan hanya minum air masak saja. Pada waktu itu beliau tentukan belanja beliau hanya 1/2 Sen. Beliau mengatakan, pada waktu saya masih kecil pada suatu hari saya bernafsu sekali ingin makan, maka sayapun makan sekenyang kenyangnya, tetapi sebagai dendanya Saya harus mengkhatamkan Al-Qur'an satu kali duduk. Dan beliau mengatakan : Pada suatu hari saya menangisi diri saya karena ketika saya sholat saya ingat layang-layang, padahal saya sudah berumur 12 tahun, berarti 3 tahun lagi saya sudah baligh dan Mukallaf, bagaimana kalau saya masih ingat pada layang-layang pada waktu sholat ?!
Kyai Ahmad Asrori Kholifatus Syaikh Muhammad Utsman Al-Ishaqi mengatakan kepada kami, bahwa ayah beliau pernah mengatakan : Ketika saya menginjak umur 13 tahun, mata saya melihat Ka'bah di Makkah secara rel dan nyata. Maka mata sayapun saya usap berkali-kali (saya ucek-ucek), tetapi tetap saja yang nampak hanyalah Ka'bah di Makkah. Kemudian saya berpikir, mungkin mata saya sudah rusak, dan saya minta dibelikan kaca mata khusus untuk melihat, akan tetapi hasilnya sama saja. Ka'bah di Makkah tetap nampak di pelupuk mata saya, Kata Kyai Asrori : Itulah awal kasyaf yang dialami oleh Hadrotus-Syaikh, dan sejak itu kata Hadrotus-Syaikh saya melihat orang dengan segala kepribadiannya, ada yang menyerupai Srigala ada yang seperti Truwelu, ada yang seperti Babi, seperti Ayam, Kucing dan lain sebagainya menurut pembawaan nafsunya masing-masing, tetapi saya tidak berani berkata terus terang, sebab itu adalah rahasia seseorang.
Pada suatu hari Hadrotus-Syaikh sampai larut malam tidak pulang dari Madrasah seperti biasanya pada jam 10.00 pagi, maka ributlah orang-orang tua mengkhawatir¬kan beliau. Maka imam Roudloh Kyai Nur atas izin orang tua beliau berangkat mencari beliau, dan oleh karena diberitakan bahwa Hadrotus-Syaikh berada di pondok Kyai Khozin Panji, maka Kyai Nur pun berangkat ke sana. Tetapi sesampai Kyai Nur di Siwalan Panji, Hadrotus-Syaikh sudah Pindah ke pondok Kyai Munir Jambu Madura.
Setelah orang tua beliau mendengar demikian itu, beliau mengatakan : tidak usah mencari Utsman, yang penting dia sehat. Setelah beberapa lama tinggal di pondok, beliau sakit keras, maka terpaksa beliau pulang kerumah. Dan setelah berobat Al-hamdulillah beliau sembuh kembali. Kemudian Hadrotus-Syaikh dipondokkan ke Kyai Hasyim Asy’ari di Tebu Ireng, selanjutnya beliau dipondokkan ke Kyai Romli Peterongan Jombang. Pada waktu itu Hadrotus-Syaikh benar-benar terikat, beliau mengatakan : sewaktu saya dikirim oleh orang tua saya kepondok, sarung saya hanya satu lembar, apabila najis maka saya memakai tikar sebagai gantinya untuk sholat. Dan selama saya di pondok, saya tidak pernah pulang ke rumah kecuali badan saya sudah kurus benar. Sebab apabila saya pulang dan badan saya gemuk, saya di marahi oleh orang tua dan nenek. Pernah pada suatu hari saya pulang badan saya gemuk, spontan nenek saya mengatakan : Kalau kau tinggal dipondok. untuk makan dan mimurn. Lebih baik tinggal dirumah saja.
Ketika Hadrotus-Syaikh pulang dari pondok, pada suatu hari beliau menyaksikan adanya hubungan-hubungan khusus yang diselenggarakan oleh tujuh orang pemuda dan tujuh orang pemudi setiap hari disamping musholla di muka rumah beliau, maka beliau melihat hal yang tidak senonoh ini akhirnya beliau adukan kepada Kyai Romli dengan mengatakan : yai ! saya melihat ada mutiara di dalam air yang keruh dan najis, apakah saya harus mengentasnya (menyelamatkanya) ? Kyai Romli menjawab : Entaslah wahai Utsman ! dengan syarat hatimu tidak ber¬paling kepadanya, kalau hatimu berpaling kepadanya, maka kau tidak akan berjumpa denganku besok di Mahsyar. Maka beliaupun mengumpulkan pemuda dan pemudi yang 14 orang itu dirumah beliau setiap malam, beliau ikuti pembicaraan-pembicaraan mereka yang intim itu sambil beliau masuk-masukkan (sesel-seselkan) urusan keagamaan mereka, dan beliau peringatkan tentang siksa Alloh ta’ala. sampai akhirnya taubat dengan taubat nasuha (taubat yang pokok).
Hadrotus-Syaikh pernah diadukan oleh seorang ulama kepada Kyai Romli karena beliau mengadu ayam, Kyai Romli menjawab : Saya tidak berani melarangnya dan Kyai tidak usah meniru mengadu ayam. Kawan dekat Hadrotus-Syaikh bernama Kyai Haji Hasyim Bawean menceritakan kepada kami bahwa Hadrotus-Syaikh dibai'at oleh Kyai Romli pada hari Rabu 16 Sya’ban tahun 1361 H atau 1941 M. Setelah beliau dibai'at selama satu minggu heliau menyusun silsilah Thoriqoh Qodiriyah dan Naqsyabandiyyah atas perintah Kyai Romli di namakan "TSAMROTUL FIKRIYYAH" .
Hadrotus-Syaikh mengatakan : saya dibai'at oleh Kyai Romli atas permintaan Kyai Romli sendiri. Pada waktu itu saya dimasukkan kekamar Kyai dan didudukkan di atas Burdah yang putih bersih di atas tempat tidur Kyai dan dipinjami Tasbih. padahal waktu itu kaki saya berlumpur karena hujan, karena sudah menjadi Tradisi, setiap kali saya masuk kerumah Kyai, kaki saya pasti telanjang tanpa alas kaki. Dengan demkian, sebelum saya jadi murid saya adalah Murod dan sebelum saya menjadi tholib saya adalah Mathlub. Dalam kesempatan lain Hadrotus-Syaikh mengatakan untuk menghadiri Majlis Khusus atau wirid Khataman selama 4 tahun saya terus menerus berjalan kaki memakai klompen dari Surabaya. ke Paterongan, barulah kadang-kadang saya naik kendaraan setelah ketahuan Kyai Hasyim Asy'ari di Mojoagung dan beliau mengatakan : jangan jalan kaki terus-menerus Utsman. Selanjutnya Kyai Hasyim Bawean mengatakan pada adik waktu terjadi Perang Dunia II tahun 1942 M Hadrotus-Syaikh sekeluarga pindah sementara ke Peterongan, kalau siang hari berada di dalam pondok. Pada suatu hari, hari Selasa beliau disuruh menghadap Kyai Romli pada jam 2.00 malam untuk diangkat menjadi mursyid Thoriqoh Al-Qodiriyah Wan Naqsyabandiyyah, Hadrotus-Syaikh waktu itu mengatakan "tidak kuat Kyai" tetapi Kyai Romli tet'ap melaksanakan perintah Alloh kemudian mengusapkan tangannya diatas kepala Kyai Utsman r.a. seketika itu pula Hadrotus-Syaikh jatuh tidak sadarkan diri dan langsung jadzab Selama satu minggu Hadrotus-Syaikh mengalami jadzab beliau tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak buang air besar maupun kecil dan tidak sholat, wajah beliau cantik sekali bagaikan Bulan Purnama, tidak seorang pun yang berani melihat wajah beliau yang Cantik itu. Setelah Hadrotus-Syaikh mengalami jadzab satu minggu, beliau berkata kepada Kyai Hasir Bawean : nanti malam akan datang tamu-tamu banyak sekali tidak perlu suguhan makanan atau minuman, maka pada jam 8.00 kurang sepuluh menit malam Hadrotus-Syaikh sudah siap menerima tamu dikamar, dan menghadap kepintu, tidah lama kemudian beliau mengucapkan : Waalaikumussalam, Walaikumussalam. selama kurang lebih lima menit, dan nampak seakan-akan. Hadrotus-Syaikh menjabat tangan orang-orang sambil menundukkan kepala, kemudian beliau mengatakan : Mulai hari ini saya ditetapkan sebagai mursyid langsung oleh Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani dan Nabiyulloh Khidir r.a. Serta oleh sejumlah Masyayikh Al-Qodiriyah Wan Naqsyabandiyyah, dan sejak sekarang saya di izinkan untuk membai’at. sambil menyerahkan sepucuk kertas kepada Kyai Hasyim. Kemudian Hadrotus-Syaikh menghadap kebarat sekali lagi dan mengucapkan na’am na’am tepat pada jam 8.00 lebih 5 menit malam itu Hadrotus-Syaikh berdiri menuju kepintu, setelah diam sejenak beliau mengucapkan wa'alaikumussalan, wa'alaiku¬mussalam, kemudian oleh Kyai Hasyim, Khadrottus Syaikh disuruh mandi setelah satu minggu tidak mandi dan ketika itulah Kyai Hasyim cepat-cepat pergi ke Kyai Romli untuk mengantarkan sepucuk kertas tadi, dan Kyai Romli spontan menemuinya di luar rumah seraya mengatakan : Ada apa ? ada apa ? ada apa ? Ketika Kyai Romli membaca sepucuk kertas itu spontan Kyai mengatakan dengan bahasa Madura yang maksudnya : Alham¬dulillah sekarang saya punya anak yang bisa mengganti¬kan saya (sampai 3 kali).
Orang tua Hadrotus-Syaikh juga pernah menyatakan hal-hal kepada salah seorang habib bahwa Hadrotus-Syaikh telah mendapatkan ijazah dari Syaikh Abdul Qodir Jailanil r.a, untuk berdakwah dan diangkat sebagai kholifahnya tanpa perantara, pernyataan ini disampaikan pada tahun 1947 M.
Pada waktu Hadrotus-Syaikh tinggal di Rejoso ada seorang tukang adu ayam kawa'an yang sangat populer di Jombang bernama Wak Sud dia memiliki jago-jago yang khusus untuk di adu, Hadrotus-Syaikh tertarik untuk menundukkan orang ini melalui adu ayam, maka beliau membawa ayam beliau ke Wak Sud dan dia menjawab ajakan Hadrotus-Syaikh dengan mengatakan : Apa bila jago¬mu menang melawan jagoku maka semua kekayaanku adalah milikmu, sebaliknya apa bila jagomu kalah saya tidak menuntut apa-apa darimu, maka Hadrotus-Syaikh menjawab : Apa bila jagomu menang kemudian kau ambil kekayaanku memang saya tidak mempunyai sesuatu yang patut disebut, dan apabila sebaliknya jagoku yang menang maka saya sama sekali tidak butuh kepada kekayaanmu sama sekali, Pokoknya begini Apabila jagoku menang kamu harus tunduk dan patuh dibawah perintahku, dan wak Sud setuju. Dengan kekuasaan Alloh swt. menanglah jago Hadrotus-Syaikh sekalipun kurus kecil dan lemah sekali sangat kontras dengan jagonya wak Sud yang kekar dan gagah itu, maka waktu Kyai Romli melihat wak Sud melakuka'n sholat. Kyai Romli memegang pundak Hadrotus-Syaikh dari belakang seraya mengatakan : Apa yang kamu lakukan terhadap wak Sud wahai Utsman sehingga dia mendatangi sholat Jum’at, pada hal saya tidak mampu menundukkannya ? .
Dipeterongan Hadrotus-Syaikh tinggal di desa Nge¬lunggih tidak jauh dari Rejoso atas saran Kyai Romli dengan maksud agar beliau menjadi Imam di Ngelunggih, akibatnya murid-murid Kyai Romli banyak yang pindah he Ngelunggih untuk mendapatkan barokah dari Hadrotus-Syaikh serta ilmu beliau.
Akhirnya Hadrotus-Syaikh disuruh pindah oleh Kyai Romli ke salah satu desa dekat Gunung Lawu di Ngawi. Ketika Hadrotus-Syaikh sampai dilereng Gunung Lawu sangu beliau tinggal Rp. 1.70 (satu rupiah tujuh puluh sen) tidak cukup untuk membeli beras 1 liter, maka untuk mendapatkan rizqi yang samar, beliau Setiap hari : mengunjungi pesarean yang paling di kenal oleh orang di desa itu. Karena beliau cinta dan hobby melakukan ziarah akhirnya atas kemurahan Alloh beliau sekeluarga mendapatkan rizgi yang tidak diduga sebelumnya, diantara orang kampung ada yang mengundang beliau untuk mengikuti tahlilan ada yang minta barokah do’a, ada yang minta fatwa, sampai akhirnya Hadrotus-Syaikh menjadi populer di desa itu dan kemudian menjadi imam di desa itu.
Diantara kekeramatan Hadrotus-Syaikh di desa tersebut, beliau bermimpi berjumpa dengan Hadrotus-Syaikh Kyai Hasyim Asy’ari Tebu Ireng berpamitan kepada beliau dengan mengatakan : Saya duluan Utsman. tahu-tahu pada esok harinya beliau mendengar berita bahwa Kyai Hasyim Asy’ari meninggal dunia (pulang kerahmatullah) .
Menjelang meletusnya Madiun Effer (peristiwa Madiun pada tahun 1948 M Hadrotus-Syaikh berkali-kali menerima surat serta saran agar beliau pulang saja ke Surabaya karena situasinya tidak mungkin aman di daerah itu. Mendengar pulangnya Hadrotus-Syaikh ini, sebagian besar penduduk di lereng Gunung Lawu itu keberatan ditinggalkan Hadrotus-Syaikh ; karena mereka memerlukan do’a, ilmu, serta barokah dari beliau bahkan ada yang berjanji memberikan 20 hektar kebun kepada Hadrotus-Syaikh agar beliau sudi tetap tinggal di desa itu. Tetapi setelah beliau melakukan istikhoroh akhirnya beliau menetapkan kembali ke Surabaya.


BAB II

Ketika Hadrotus-Syaikh menjadi santri di pondok Rejoso beliau masih muda belia, sering di jumpai oleh Nabi Khidir a.s. sehingga beliau laporkan kepada Kyai Romly dan dijawab oleh Kyai : Mengapa tidak kau minta datang kemari wahai Utsman.
Hadrotus-Syaikh sejak kecil sampai akan pulang kerahmatulloh selalu istiqomah dalam segala prilaku, perbuatan, serta ucapan yang beliau tiru dari Rosululloh saw. Kita tidak pernah melihat beliau hadats dan kita semua menyaksikan bahwa keseluruhan waktunya hanyalah untuk mnemgabdi kepada Alloh swt. maka pantaslah kalau beliau dipilih oleh Kyai Romly sebagai Kholifahnya. Dalam hubungan ini Kyai Romly pernah bermimpi bahwa di Surabaya terdapat sebuah pabrik besar yang terus mene¬rus berproduksi di bawah pimpinan Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman r.a. Itulah Thoriqoh Al-Qodiriyah Wan Naqsyabandiyyah yang beliau asuh.
Sebelumnya Kyai Romly sering menampakkan dan melahirkan ridlonya kepada Hadrotus-Syaikh, sampai beliau mengatakan : Alangkah besar ridlo saya kepadamu wahai Utsman. Dan Hadrotus-Syaikh meminta pendapat tentang Kholifah Syaikh Abdul Qodir Jailani r.a. Kyai Romly tersenyum-senyum sambil melihat dan menunjuk pada Hadrotus-Syaikh. sebaliknya Hadrotus-Syaikh kepada Kyai Romly juga fanatik dan sering merindukannya apabila berpisah agak lama. Pada suatu hari putra beliau Abu Luqmanul Hakim sewaktu masih kecil jatuh dan terbentur pada tepi meja di rumahnya sehingga dari kepalanya mengalir darah yang banyak sekali yang cukup meributkan keluarga beliau. Maka oleh keluarga beliau supaya beliau mengantarkan putranya ke rumah sakit Karang Tembok dan kalau tidak berhasil terus ke Simpang, padahal Hadrotus-Syaikh ketika itu akan pergi ke Rejoso karena sangat rindu kepada Kyai Romly, maka beliau berkata dalam hatinya : saya harus pergi ke Rejoso, tentang nasib anak saya, saya pasrahkan kepada Alloh. Ketika beliau berjumpa dengan Kyai Romly di Rejoso, guru beliau mengatakan : Anakmu tidak apa-apa. Dan benar kata kyai romly bahwa Abu Luqmanul Hakim dalam keadaan sehat wal afiyat, bahkan sedang memakan nasi goreng sekembalinya Hadrotus-Syaikh dari Rejoso berkat ketaatan serta kecintaan beliau kepada guru beliau Kyai Romly Attamimy r.a. juga pada suatu hari ketika akan menyelenggarakan walimah dirumah setelah maghrib, beliau terlebih dahulu meminta izin kepada Kyai Romly dan sampai di Rejoso tepat pada waktu sholat Dzuhur, se¬sudah sholat berjama'ah di masjid guru beliau Kyai Romly mengatakan kepada beliau : sekiranya kau tinggal di pondok seperti yang lalu, maka malam ini saya ajak memenuhi undangan Manaqiban di Jombang.
Maka Hadrotus-Syaikh bimbang antara mendampingi gurunya memenuhi undangan Manaqiban di Jombang dan pulang kerumah untuk mengharapkan tamu-tamu yang beliau undang Kerumah beliau pada malam itu juga. Akhirnya beliau memantapkan pendirian beliau pada alternatilf pertama dan berkata dalam diri sendiri : saya pasrah kepada Alloh toh nasi-nasi yang telah masak di rumah ada orang-orang yang memakannya, sedang menyertai guru adalah lebih utama. ketika Kyai Romly mengetahui beliau masih ada di masjid setelah sholat Asar berkatalah beliau kepada Hadrotus-syaikh : murid yang terdekat kepada gurunya adalah murid yang tahu akan rahasia-rahasia gurunya.
Kegemaran Hadrotus-Syaikh adalah berziaroh kepada wali-wali Alloh baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, dan beliau mengenal mereka secara dekat. Bukan hanya nama-nama mereka bahkan nasab mereka dan hubungan mereka satu sama lain. Sampai-sampai beliau hidup-hidupkan dan beliau semarakkan peringatan hari wafat mereka, terutama wafatnya Syaikh Abdul Qodir Jailani r.a. sehingga hampir tiada hari yang lewat di kota maupun desa terutama di Jawa Timur, kecuali ter¬dapat disitu majlis manaqib.
Dalam hubungannya ini Hadrotus-Syaikh mentafsirkan qolbunsalim dalam ayat :
يوم لاينفع مال ولابنون الا من اتى الله بقلب سليم
Sebagai hati yang selamat dari penyakit batin dan penuh rasa cinta kepada Alloh, Rosulnya, dan para wali-walinya. sebab kata beliau tanpa wali-wali kita tidak mungkin dapat mengabdi kepada Alloh s.w.t dengan benar, maka banyak-banyaklah tawasul kepada Auliya' insya Alloh hati kita akan menjadi khusu'. Yang mula pertama kali menyelenggarakan Managib adalah Hadrotus-Syaikh dan kemudian direstui oleh Kyai Romly At-tamimi dengan menyatakan : "baik Man, teruskan Man !"
Mula-mula yang hadir pada majlisan Managib di Jatipurwo selama 4 tahun hanyalah 7 orang 3 orang diantaranya pada musim panas udzur karna mengidap penyakit paru-paru. Pada suatu hari ditengah-tengah Hadrotus-Syaikh memimpin Istighotsah, datanglah orang yang tidak dikenal secara tiba-tiba dan langsung menelentangkan beliau dan melingkarkan pedangnya pada leher beliau yang terlentang dibawah itu. Peristiwa yang tragis ini diceritakan kepada Kyai Romly, dan beliau hanya men¬jawab : Teruskan apa yang telah kamu amalkan, orang ter¬sebut tidak berani menancapkan pedangnya pada lehermu, bahkan dalam waktu dekat ini tidak akan berpisah denganmu sejengkalpun. Dan kenyataannya seperti apa yang dinyatakan oleh Kyai Romly. Tentang keutamaan menaqiban ini Hadrotus-Syaikh mengatakan : Tidak ada ibadah kepada Alloh dimuka bumi ini yang lebih utama dari pada mencintai wali-wali Alloh, dan beliau mengatakan pula : mencintai para wali termasuk ketaatan yang terbesar, dan mereka yang menghadiri majlis managib adalah orang-orang yang cinta kepada mereka dan mencintai mereka adalah bukti akan adanya rasa cinta kepada Alloh s.w.t. Berkah cintanya Hadrotus-Syaikh kepada para Auliya' maka beliau sangat dicintai oleh para habaib dan para 'Ulama' akhirat, diantaranya Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi, Habib Ali bin Husain bin Muhammad Al-Atthos, Habib Abu Bakar Muhammad Al-Segaf dan Hadrotus-Syaikh sering berziaroh kepada mereka dan menghadiri haul mereka. Pada suatu hari Hadrotus-Syaikh bermaksud untuk berziaroh ke Habib Abu Bakar Muhammad Al-Segaf di Gresik sewaktu Habib masih hidup, beliau berjalan kaki dari Surabaya ke Gresik di tengah-tengah hujan lebat ditambah suara petir dan guruh yang saling sambar menyambar di tengah malam yang gelap gempita, ditambah angin kencang yang dapat menerbangkan atap rumah, sehingga Hadrotus-Syaikh sewaktu sampai di Gresik waktu sudah larut malam dan dalam keadaan basah kuyup tetapi Habib Abu Bakar nampak masih membuka pintunya lebar-lebar dan penjaga pintu masih berdiri. Ketika Hadrotus-Syaikh melewati pintu pagar, penjaga pintu mengatakan bahwa sejak tadi sore Habib menunggu kedatangan Hadrotus-Syaikh dengan penuh kegelisahan dan kekhawatiran. Ketika beliau menghadap habib semua jama'ahnya yang mengelilingi habib semua ta’zhim kepada beliau dan mengeluh-eluhkan kehadiran beliau. Akhirnya Habib Abu Bakar bertanya tentang apa yang beliau mohon kepada Alloh dengan perantara Habib, yang kemudian dijawab oleh Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman Nadil Ishaqi r.a "Minta Khusnul Khotimah" habib termenung lama me¬mikirkan betapa luhurnya permohonan Hadrotus-Syaikh. Sebelumnya, Hadrotus-Syaikh sudah mempunyai hubungan khusus dengan Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi Kwitang Jakarta, seperti pernyataan habib Hasyim bin Sholeh bin Abdurrohman Al-Habsyi bahwa Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman r.a. telah mendapatkan futuh melalui Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi r.a. pada suatu hari Kamis tahun 1964. Dan pernyataan Kyai Hasyim Bawean bahwa dia pernah mengantarkan Hadrotus-Syaikh Utsman r.a. ke Habib Ali bin Abdurrohman Al-Habsyi di Jakarta ditengah-tengah hidup yang mengelilingi beliau, Habib Ali menjabat tangan Hadrotus-Syaikh seraya mengatakan : Kunci kutup saya serahkan kepadamu wahai Syaikh Utsman.
Dan pernyataan putra Habib Ali sendiri yaitu Habi Muhammad bin Ali bin Abdurrohman Al-Habsy pada waktu memberikan sambutan atas wafatnva Hadrotus-Syaikh yang ke 40 harinya bahwa setiap kali Hadrotus-Syaikh menemui kesulitan apa saja beliau selalu pergi ke Jakarta untuk menjumpai Habib Ali Al-Habsy untuk kemudian dapat her¬hubungan dengan Rosulullah s.a.w akan tetapi karena jarak Jakarta Surabaya begitu jauh maka akhirnya hahib Ali Al-Habsy menyuruh menjumpai Habib Abu Bakar Muhammad Assagaf di Gresik saja, sama-sama Wali Kutup.
Selanjutnya Habib Muhammad bin Ali Habsyi menyatakan dalam sambutannya bahwa Hadrotus-Syaikh akhirnya berhubungan langsung sendiri dengan Rosulullah saw tanpa perantara sewaktu mengalami kesulitan.
Hadrotus-Syaikh juga sangat dekat dengan Habib Ali bin Husain bin Muhammad Al-Atthos Bungur Besar Jakarta sehingga waktu beliau membaca Khususiyyah Wakalimatul Akha’ Syaikh Utsman yang disusun oleh Habib Hasan Al-Jufri Bangil beliau menangis terisak-isak, kemudian beliau gantungkan di atas pintu rumah seraya mengatan : Saya letakkan nadzoman ini di sini agar saya dapat melihat Syaikh Utsman setiap saat Kemudian beliau mendoakan Hadrotus-Syaikh semoga panjang umur, kalau tidak (kata habib Ali Al-Atthos) siapakah yang menggantikan kedudukannya ? demikian pernyataan menantu Hadrotus-Syaikh Abu Lu'lu' sekembalinya dari Jakarta dan habib Ali bin Husain bin Muhammad Al-Atthos pernah menyatakan dimuka kami sesungguhnya Syaikh Utsman tiada duanya pada masa sekarang dan pada waktu Hadrotus-Syaikh berziarah kesana dihadapan para hadirin beliau menyatakan wahai Syaikh Utsman engkau dari keluarga Nabi. Kekholifahan Syaikh Abdul Qadir Jailani ditanganmu wahai Utsman. dan dalam kesempatan lain, beliau menyatakan : Saya mendengar dengan kedua telinga saya Paman saya Ali bin Abdur Rohman Al-Habsyi mengatakan : sungguh Utsman di Mahsyar nanti sangat dekat dengan Nabi Muhammad s.a.w. seperti dikemukakan pada Bab I yang lalu bahwa Hadrotus-Syaikh mempunyai hubungan istimewa dengan Syaikh Abdul Qodir Jailani r.a. bahkan dengan Rosulullah s.a.w seperti dikemukakan diatas dan seperti pernyataan Habib Muhammad Al-Habsy pada 40 hari wafatnya Hadrotus-Syaikh bahwa Habib Ali Al-Habsy, Habib Ahmad bin Kholid Al-Hamid, Habib Umar Al-Idrus dan lain-lainnya, menyatakan bahwa Hadrotus-Syaikh Utsman adalah tergolong Ahlul bait Rosulillah s.a.w. Habib Ahmad bin Hamid Al-Habsyi pernah bertanya pada Habib Salim bin Jundan waktu beliau masih hidup, apa yang menyebabkan para Habib senang pada Kyai Utsman ? Habib Salim bin Jundan menjawab : Syaikh Utsman termasuk keluarga Rosulullah s.a.w, darahnya adalah darah saya ini maka ciumlah tangannya apabila kau ketemu dengannya walaupun banyak orang mendenkinya toh dia tidak pernah susah akibat didengki orang, mereka yang mendengkinya hanyalah rumput-rumput sedangkan Syaikh Utsman adalah pohon besar yang rindang.
Ketika Kyai Ahmad Asrori kholifatus Syaikh Muhammad Utsman masih kecil, pernah diajak oleh pengasuhnya yang bernama Abdul Hakim Bawean untuk berkunjung ke Habib Alie bin Muhummad bin Alwi As-shodiq Al-Habsyi cucunya habib Syaikh Bafaqih Boto Putih Surabaya bertepatan dengan hari raya Idul Fitri, Dalam kesempatan itu Habib mengatakan kepadanya : jangan kau risaukan haliyah orang tuamu, beliau bagaikan Matahari, apabila sangat dekat dengan kita manusia banyak yang tidak tahan karena saking panasnya, tetapi ketika jauh dari kita sinarnya akan membahagiakan kita semua. Demikianlah keadaan orang tuammu Syaikh Utsman r.a. Seorang Kyai belum dinamakan Kyai sempurna sehelum ia diingkari oleh orang-orang yang dekat kepadanya dan sebaliknya dia dicintai oleh orang-orang yang jauh dari padanya.
Tentang hubungan Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman r.a dengan Kyai Hamid Pasuruan, Hadrotus-Syaikh pernah bercerita setelah walimatul haul Habib Syaikh Bafagih Boto Putih Surabaya : saya keluar ke teras cungkup di dampingi oleh Kyai Abdul Hamid Pasuruan duduk ditangga cungkup. Pada waktu itu Kyai Abdul Hamid bercerita : tadi sebelum kesini saya tidur dirumah salah seorang teman di Surabaya Ketika saya bangun, dihadapan saya terlihat foto Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman, oleh karena saya tahu bahwa yang meletakkan adalah Agus Mas’ud Kedung Cangkring Sidoarjo, maka saya bertanya kepadanya tentang maksudnya, jawabannya hanya Wallohu A'lam. Kata Hadrotus-Syaikh : Saya pun diam mendengar cerita itu karera menyangkut masalah maqom (martabat). Tiba-tiba Kyai Hamid menjawab sendiri : untuk kepentingan hubungan di Mahsyar nanti. itulah sebabnya, maka dalam suatu walimah Kyai Abdul Hamid Pasuruan mengharap kepada Hadrotus-Syaikh agar ada hubungan yang dekat antara keduanya di Mahsyar nanti, dan Hadrotus-Syaikh menjawab : Kyai nanti bersama kami disisi Alloh Yang Maha Kuasa. Dan didalam walimah yang lalu ada orang meminta, barokah do’a kepada Kyai Hamid, sedangkan disisi beliau adalah Hadrotus-Syaikh. akhirnya Kyai Hamid memegang lutut Hadrotus-Syaikh Utsman dengan tangan kiri dan berdo’a untuk orang yang meminta doa tadi dengan tangan kanan. Adik kami Asfahani putra Kyai Abdullah Faqih yang mengaji di pondok Kyai Hamid Pasuruan mengatakan pada suatu ketika kami duduk bersama-sama Kyai Hamid di ruang tamu, tiba-tiba Kyai Hamid mengatakan kepada kami : di Pasuruan ini hanya ada kayu Garu, alangkah ni’matnya kalau ada pohonnya Asfahani ! tiba-tiba Hadrotus-Syaikh Muhammad Utsman datang bertamu ke ruang tamu dan spontan Kyai Hamid merangkulnya dan mergata¬kan : ini apa pohon garunya!
Inilah sebagian kecil yang nampak tentang kedudukan dan Manzilah Hadrotus-Syaikh Utsman Nadil Ishaqi r.a.



BAB III

Ketika haul akbar Syaikh Abdul Qodir Jailani r.a. tahun 1389 H. dalam sambutannya habib Muhammad bin Ali bin Abdurrohman AI-Habsyi menceritakan tentang perjalanan orang tuanya ketanah suci dan bertemu dengan Syaikh Abdul Qadir Jailani r.a. yang menyatakan pada Habib : Kholifah saya adalah Utsman Surabaya.
Di antara kekeramatan Hadrotus-Syaikh yang lain : kyai Muhammad Fagih Langitan berkata bahwa Kyai Maimun sarang diceritakan oleh bapaknya yang bernama kyai Zubair bahwa habib Abd Qodir Bilfaqih bermimpi berjumpa dengan Rosulullah s.a.w yang sedang menemui 2 orang lelaki dan Rosulullah menyatakan kepadanya : Keluargaku banyak tersebar di tanah Jawa. Diantaranya adalah dua orang ini yaitu Romly dan Utsman.
Kekeramatan Hadrotus-Syaikh yang lain adalah dari Kyai Faqih Amin Praban Surabaya (pernah menjadi guru dan kawan Hadrotus-Syaikh) beliau mengatakan pada pada suatu hari saya berkunjung kepada Kyai Utsman, dan dia meminta saya untuk menjadi muridnya dibawah naungan Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah setelah bertukar pikiran tentang thoriqoh sampai jam 2 malam. Saya kalah dan mau menyerah kepada ajakannya dengan syarat : tiga burung perkutut yang didalam sangkar masing-masing berkicau secara berturut-turut dengan komandonya, setelah dia komando, tiba-tiba tiga ekor burung itu berkicau berturut-turut dengan izin Alloh, maka terasalah dalam diri saya akan kebesaran Hadrotus-Syaikh, dan sejak itu saya memakai bahasa Jawa halus (Kromo) sebagai ganti bahasa Jawa kasar (ngoko), dan setelah tiga bulan minta di bai’at.
Di antara kekeramatan beliau, ketika pada suatu hari kami akan menghadap Hadrotus-Syaikh, berkata dalam diri sendiri : mengapa jauh-jauh kulangkahkan kakiku kepondok anu. Kemudian keperguruan tinggi anu, sampai akhirnya keluar negeri untuk mencari kebenaran dan keyakinan. padahal di Surabaya sini terdapat seorang Mursyid yang membimbing saya menempuh jalan akhirat dengan selamat. maka ketika kami duduk diruang tamu keluarlah Hadrotus-Syaikh dari dalam sambil meletakkan tangan kanannya di atas dada (sanubari) seraya mengata¬kan : diantara guru saya juga ada yang bukan dari jam’iyyah kita. Tetapi Alhamdulillah saya belum pernah mengingkarinya sama sekali. Maka kami pun merasa malu dan menundukkan kepala.
Di antara kekeramatan beliau, pada tanggal 11 Syawal 1392 H. Hadrotus-Syaikh menjamu para tamu yang menghadiri majlis Manaqib di pondok Jatipurwo. Beliau mengatakan kepada kami : Wahai Abdul Ghoffar ! ketika kau tinggal di Mesir apakah kau pernah ketemu dengan Syaikh Hasan Ridwan seorang wali di Mesir yang dimintai barokah oleh orang Islam Mesir ? Ya, kami pernah menjumpainya pada suatu hari dalam rangka kuliah umum Tasawuf oleh Ir. Abdul Halim Mahmud yang dihadiri oleh para sufi dibalai pertemuan Al-Azhar. Selanjutnya Hadrotus-Syaikh berkata kepada para hadirin : Ketika salah seorang Habib Ampel berkunjung ke Mesir, dia menjumpai Syaikh Hasan Ridwan, dia ditanya tentang negerinya. Ketika ia menjawab dari Indonesia dari Ampel, maka Syaikh Hasan Ridwan mengatakan : Jadi rumahmu dekat dengan Syaikh Utsman Al-Ishaqi ? Habib menjawab : Ya, akhirnya Syaikh Hasan Ridwan mengatakan kepadanya : Apabila kamu sampai di rumah, berkunjunglah ke Syaikh Utsman, dan sampaikanlah salamku kepadanya, ketahuilah bahwa saya sering berkunjung ke rumahnya.
Diantara kekeramatan beliau, pada suatu hari dibulan Maulid, Hadrotus-Syaikh pergi ke Jakarta naik kereta api untuk menghadiri Maulid Nabi Muhammad s.a.w dan haulnya Habib Alie Al-Habsyi di Kwitang Jakarta, ketika kereta api berada diantara Cirebon-Jakarta karcis Hadrotus-Syaikh diperiksa Polisi KA dengan ketat sekali termasuk kartu tanda pengenal beliau yang akhirnya polisi memaksa Hadrotus-Syaikh untuk menemuinya di restorasi, sehingga menimbulkan kemarahan beliau, maka seketika itu pula datanglah hal beliau dan mengatakan : Perbuatan ini menunda sampainya kereta api di Jakarta. Spontan kereta api itu berhenti tanpa sebab yang nyata, anehnya semua hubungan interlokal maupun bukan interlokal terputus sama sekali dengan Stasiun, kebetulan dibelakang gerbong Hadrotus-Syaikh terdapat Habib Abd Hadi bin Abdulloh Al-Haddar dari Banyuwangi. Maka setelah kereta api macet selama 1 jam dia mengirim utusan ke Hadrotus-Syaikh seraya menga¬takan : jam berapa sekarang ! pergilah ke Kyai Utsman, dan mintalah barokah Fatihah kepadanya agar kita tidak terlambat. Akhirnya setelah beliau membaca Al-Fatihah barulah beliau sadar akan diri beliau, dan spontan kereta api berjalan kembali seusai pembacaan Al-Fatihah, demikian pula hubungan yang menyangkut per¬kerata apian sambung kembali.
Kyai Masduri Ngroto menceritakan kepada kami sejarah masuknya Thoriqoh Qodiriyyah Wan Naqsyabandiyyah di Ngroto dan sekitarnya sebagai berikut : Sejak tahun 1936/1937 M banyak guru-guru Thoriqoh yang berusaha memasukkan Thoriqoh ke Ngroto bahkan ada kyai yang sampai kawin di Ngroto kemudian terpaksa firoq karena tidak berhasil memasukkan Thoriqoh.
Pada bulan Muharram tahun 1964 M Hadrotus-Syaikh mulai pertama datang ke Ngroto bersama Kyai Muslih bertepatan dengan Haulnya Kyai Sirojuddin. Itulah mula pertama datang ke Ngroto bersama Hadrotus-Syaikh. Kemudian untuk kedua kalinya datang pada tahun 1966 M saya di panggil ke rumah paman, dan Hadrotus-Syaikh menangis dan saya dirangkul seraya mengatakan : Sabarlah ! sejak sekarang Masduri menjadi Kyai di desa sini maka do’akanlah semoga panjang umur. Sepulangnya Hadrotus-Syaikh dapat 15 hari paman saya meninggal, dan atas saran beliau saya kirim surat kepada beliau tentang wafatnya paman. Dan saya mendapatkan balasan agar saya datang kesurabaya di Surabaya saya dibai’at dan diberi ijazah Manaqib secara mutlaq. Setelah itu banyak para ikhwan yang menjadi murid Hadrotus-Syaikh maka tersebarlah Thoriqoh di Ngroto.
Pada suatu hari di bulan Muharram Hadrotus-Syaikh pergi ke Ngroto menghadiri acara Haul, tetapi kendaraan beliau terhalang lumpur di Kemiri 4 km dari Ngroto, kalau mobil beliau diarahkan ke Ngroto mogok, kalau diarahkan ke Surabaya mobil beliau bisa berjalan, maka Hadrotus-Syaikh menetapkan untuk kembali ke Surabaya, yang menolong mengentas mobil beliau dari lumpur adalah masyarakat Kemiri maka Hadrotus-Syaikh mengatakan : saya tidak dapat membalas sama sekali. hanya saya do'akan mudah-mudahan masyarakat disini selamat semua, maka barokah doa beliau setiap kampung dari Kemiri sampai Ngroto pasti ada Manaqiban dan ada murid-murid beliau, diantaranya desa Tembelingan yang asalnya tidak ada yang sholat bahkan tidak ada masjid dan musholla, tetapi berkat dilewati oleh Hadrotus-Syaikh, Islam tersebar di Tembelingan dan sekitarnya ada masjid dan banyak musholla dan Imammuddin serta sebagian kaum musimin disitu sudah menjadi murid beliau, sehingga Kyai Muslih Mranggen mengatakan : masuknya Hadrotus-Syaikh ke Ngroto sudah pas karena masyarakat Ngroto adalah masyarakat Madura, cocok dengan kata-kata Syaikh Utsman : Ngroto adalah bau Madura. dan Hadrotus-Syaikh pernah mengatakan : saya bermimpi di sebelah timur Semarang ada cahaya. apakah ada Waliyyulloh di sana ? ¬ternyata benar itulah Kyai Sirojuddin.
Selanjutnya Kyai Masduri mengatakan : sekembalinya saya dari Surabaya pada suatu hari saya sakit mata, walaupun sudah berobat tetap tidak mau sembuh kecuali hari Kamis dan Jum'at saja. Maka pada suatu malam Jum'at saya membaca Al-Fatihah kemudian membaca sil¬silah maka malam itu juga saya bermimpi berjumpa dengan Hadrotus-Syaikh, beliau menanyakan kepada saya : apakah matamu sakit ? Apakah yang sakit sebelah kanan? maka mata diobati oleh Hadrotus-Syaikh dengan jari-jarinya dan ternyata Alhamdulillah sembuh betul-betul, maka esok harinya hari Sabtu saya pergi ke Surabaya untuk menjumpai beliau. Beliau bertanya : Apakah matamu sudah sembuh ? saya menjawab : Ya. kemudian beliau menyatakan : Ya saya obati dari sini.
Selanjutnya Kyai Masduri menceritakan lagi : pada suatu hari sewaktu saya berkunjung ke Hadrotus-Syaikh saya disuruh ke Ampel seraya mengatakan : Pergilah ke Ampel, saya rindu Agus Mas’ud.
Sesampai saya di lawang Agung saya bertemu dengan Agus Mas’ud, cepat-cepat turun dan minta gendong saya. Kyai Masduri menceritakan lagi bahwa Hadrotus-Syaikh menceritakan kepadanya sebagai berikut : Pada suatu hari Jum'at ada orang hendak menunaikan sholat Jum’at di masjid Ampel, kemudian saya panggil, saya ajak sholat Jum’at di Baitul Ma'mur. Setelah kita melangkah tiga langkah kita sudah sampai di Baitul Ma'mur, ini boleh kau ceritakan setelah saya meninggal.
Cerita lain dari Kyai Masduri adalah sebaga berikut : saya bermimpi sholat di musholla yang penuh dengan mushollun, karena mereka sholat semuanya saja, maka saya mengingkarinya dan Hadrotus-Syaikh menjadi ma'mum tidak tahu siapa yang menjadi imam dan beliau mengatakan kepada Saya : mereka adalah Wali-wali Alloh, dan saya bermimpi berjumpa dengan Nabi Khidir a.s. beliau mengajak saya ketepi sungai disana ada musholla yang bersinar terang, tahu-tahu disitu ada Hadrotus-Syaikh dan kita bertiga menjadi ma’mum tetapi saya tidak tahu siapa imamnya.
Habib Abdulloh bin Umar Al-Haddar mengatakan kepada kami : pada suatu hari Kamis dibulan Syawal Habib Abdul Hadi bin Abdulloh Al-Haddar ingin berjumpa dengan Hadrotus-Syaikh Utsman sesudah masuk waktu sholat Ashar tetapi sesampai di pondok Jatipurwo beliau tidak menjumpai Hadrotus-Syaikh. Setelah lama menunggu di pondok dan waktu sudah menjelang Maghrib maka Habib Abdul Hadi pun cepat-cepat meninggalkan pondok untuk menuju ke Ketapang karena setelah sholat Maghrib ada acara pem¬bacaan burdah di Ketapang, ketika sampai di Karang Tembok becak beliau berpapasan dengan mobil Hadrotus-Syaikh, maka beliau pun kembali lagi ke pondok Jatipurwo untuk menemui Hadrotus-Syaikh. Sesampai di Pondok Hadrotus-Syaikh sedang mengimami sholat Ashar dalam waktu Ashar yang paling akhir bahkan setelah Ashar sempat membaca semua wirid seperti biasanya sampai tuntas, kemudian Hadrotus-Syaikh menjumpai Habib Abdul Hadi bersama saya (Habib Abdullah bin Umar Al-Haddar) diruang tamu. Diruang tamu Habib Abdul Hadi membaca Allohu Hu Iiy. Allohu Hu liy Fani'mal Wali, setelah dijamu secukupnya Habib Abdul Hadi mohon pamit kepada Hadrotus-Syaikh untuk pergi ke Ketapang, dalam hatinya waktu telah berlalu untuk mengikuti pembacaan burdah di Ketapang, tetapi kenyataannya tidak demikian. Kami sampai di Ketapang orang-orang masih melakukan sholat Maghrib
Diantara kekeramatan Hadrotus-Syaikh sopir Hadrotus-Syaikh, meski mengatakan kepada kami : pada suatu hari sepulangnya Hadrotus-Syaikh dari Rejoso, mobil di istirahatkan di Jombang agar kami makan minum dulu. Sedangkan Hadrotus-Syaikh menunggu disalah satu rumah dekat warung tersebut. Seusai makan minum kami menyatakan kepada Hadrotus-Syaikh bahwa bensin telah habis. Beliaupun terkejut dan menanyakan mengapa tidak bilang dari tadi sebelum semua uang yang ada di tangan beliau diserahkan ke pondok Rejoso dan beliau menanyakan sisa uang kami. Kami menjawab hanya tinggal beberapa puluh rupiah saja. Secara spontan beliau menegaskan : kalau memang demikian baiklah isilah tangki mobil itu dengan air teh tanpa gula semampu uang yang ada padamu ! Kamipun percaya sepenuhnya kepada beliau dan membeli teh tawar beberapa ceret dari warung dan langsung kami isikan ke tangki mobil. Setelah itu kami melapor untuk pulang ke Surabaya. Beliau bertanya : sudah kau isi bensin ? Kami menjawab mobil kami isi dengan sesuai perintah Hadrotus-Syaikh dan karena terlanjur beliau pun akhirnya menyatakan : baiklah ! mari pulang ke Surabaya. Teh-teh juga bisa menjadi bensin. akhirnya betul, mobil berjalan terus sampai ke Surabaya memakai bahan bakar teh.
Sopir Hadrotus-Syaikh yang terakhir yaitu Abd Syakur juga mengalami peristiwa serupa yaitu dalam perjalanan antara Pasuruan Probolinggo mobil Khadrotus-Syaikh kehabisan bensin di tengah malam dan dia disuruh mencari warung untuk mendapatkan teh satu gelas, setelah di dapatkan tehpun di do'ai oleh Hadrotus-Syaikh dan menyatakan : sudahlah isilah dengan teh sama saja. Akhirnya mobil sampai di Probolinggo persis di garasi mobil bensin yang dari teh tadi habis sama sekali.
Cerita semacam ini terjadi pula pada waktu Hadrotus-Syaikh pulang dari Ngroto Semarang, di tengah perjalanan yang jauh dari keramaian Pir mobil putus tinggal satu Pir saja dan sekaligus Oli mobil habis kering sama sekali. Ini terjadi disekitar Caruban menuju Surabaya. Dan Hadrotus-Syaikh menyuruh mencari teh untuk mengantikan Oli yang sudah habis. Setelah diisi dengan teh mobilpun dapat di stater dengan hanya satu Pir saja dapat berjalan terus sampai diSurabaya dengan selamat bi iznillah.
Diantara kekeramatan Hadrotus-Syaikh, beliau menceritakan pengalaman beliau sewaktu ke Singapura. Melihat banyaknya orang-orang yang menjemput beliau di Airport. Ketua security seorang wanita berusaha ingin menyelamatkan beliau dari intervio para Inteljen yang lain. Maka dia pura-pura mengaku sebagai orang tuanya yang ada di Pontianak. Dan langsung di gandeng dari Airport menuju mobil dan diantar sekali menuju ketempat tujuan. Besoknya dia kembali lagi membawa 2 handuk mandi Hadrotus-Syaikh, tetapi setelah satu hari dipakai mandi dia minta kembali, demikian pula handuk yang satu lagi dan menyatakan bahwa handuk yang untuk dia pakai mandi sehari-hari, sedang yang satu lagi untuk dia pakai kain kafan waktu dia meninggal nanti dan seketika itu dia minta di bai’at oleh Hadrotus-Syaikh sebagai murid Thoriqoh Qodriyah Wan Nangsabandiyyah. Sejak itu Hadrotus-Syaikh selalu di kawal oleh ketua security perempuan itu pulang pergi ke singapura. Beliau menyatakan : Inilah berkat saya tidak pernah menyakitkan hati Ibu saya selama hidup beliau.

Baca Selengkapnya →Syekh Utsman Al-Ishaqi